Bagaimana cara menghindari dan mengelola resiko dalam investasi

Memahami risiko dalam investasi

    Pertanyaan "Bagaimana cara menghindari risiko dalam investasi" ini suering saya jumpai waktu saya bekerja sebagai Investment Consultant. Kalau yang dimaksud resiko ini adalah hilangnya sejumlah uang dari yang kita tanamkan tidak bisa kita hindari hanya bisa kita hadapi. Setiap investasi itu pasti ada resiko nya. Mau itu yang paling aman seperti government bond pun ada resikonya. Lo apa pernah? Pernah, Jerman pada 1929-1930, Great Depression Era. Deposito bank? Ya itu ada resiko nya. Lo itu yang bank swasta warna biru kan aman? Ya itu betul, anda tidak salah karena selama ini pencarian dana nya belum ada masalah. Menurut saya, investasi itu bisa dikatakan aman bila selama detik itu insturmen tersebut tidak ada kendala ketika investor melakukan pencairan. Betul ya? Kalau pencairannya mulai susah baru dikatakan tidak aman, kan begitu ya? Nah, berarti kan ini kejadian sudah terjadi dulu baru kita tau itu tidak aman. Ya betul, rata-rata semua investasi itu begitu. Kita tau "tidak aman" nya itu ketika sudah ditengah-tengah. Saya pun juga begitu taunya waktu sudah ditengah-tengah, mulai itu dari investasi properti sampai itu produk fixed income yang perusahaanya dibawah naungan OJK pun juga begitu. Resiko investasi itu tidak bisa kita hindari, yang bisa kita lakukan adalah meminimalisasi dan mengelola resiko tersebut.

Meminimalkan dan Mengelola Resiko

    Cara nomer satu yang bisa dilakukan untuk meminimalkan resiko adalah membatasi. Yang dibatasi apa? Jumlah investasi nya. Kalau di dalam saham kita mengenal ini dengan cara membagi alokasi dana  saham-saham yang mau kita beli alias diversifikasi. Contoh dana 10 juta kita belikan saham BBRI 3 juta, saham TLKM 3 juta, ADRO 4juta. Ini namanya diversifikasi, bukan cuman beli sahamnya yang berbeda tapi perlu diamati juga sektornya. Lot sizing pernah saya bahas disini ya, bisa klik di link. Dari contoh berarti sektor yang dibeli itu didiversifikasi ke perbankan, telekomunikasi dan pertambangan. Sama halnya dengan investasi harus dibagi alokasinya. 

    Beberapa waktu yang lalu saya membahas Evergrande. Bisa dilihat di Youtube yang saya share, disitu bisa dilihat banyak orang yang stress dan frustrasi karena Evergrande gak bisa kembalikan dana investor. Ada salah satu peserta yang bilang bahwa semua duit tabungan hasil kerja kerasnya dimasukkan ke Evergrande karena percaya bahwa Evergrande merupakan perusahaan yang besar dan investasi tersebut diharapkan bagus. Ingat, diharapkan. Nah ini contoh diversifikasi yang kurang baik, percaya akan satu institusi. Kita harus ingat "There is no such word that the bigs cannot fail". Semua bisa gagal, kalau memang waktunya gagal. Yang belum baca bisa kesini, Evergrande.

    Saya pernah dapet sharing dari sensei saya, dia bilang tahapan investasi seseorang bisa dikategorikan menjadi 4 fase. Saya lupa-lupa ingat ya ini karena itu 2019 dan saya bener-bener lupa nyatat. 

  1. Fase pertama, planning: Seorang investor melakukan riset terhadap pilihan instrumen yang ada. Di tahapan ini idealnya seorang investor punya data simulasi resiko maupun gain yang bisa didapat. Di langkah awal ini biasanya juga seorang investor sudah punya gol dari hasil investasinya secara konkrit, contoh misalkan investasinya bisa menghasilkan 200 juta per tahun dalam 3 tahun. Dari sini seorang investor bisa mengerti dan mengkalkulasi modal yang dibutuhkan dan yang paling penting adalah possibility alias kemungkinan besarnya kehilangan uang dari investasi tersebut. 
  2. Fase kedua, capital expansion: Di fase ini investor sudah memilih instrumen yang sesuai dengan golnya.  Tahapan ini adalah melakukan akumulasi modal, biasanya dengan mengambil resiko yang cukup besar supaya mendapat return yang besar. Tahapan ini biasanya dilakukan dengan agresif supaya bisa dengan cepat mencapai modal yang dibutuhkan di tahapan pertama yaitu planning. Biasanya investor melakukan penambahan modal di suatu instrumen di tahapan ini.
  3. Fase ketiga, diversification: Saat position dalam suatu instrumen sudah besar dan mencapai gol yang ditentukan di awal, seorang investor melakukan diversifikasi ke instrumen yang lain. Misalkan waktu di fase pertama dan kedua masuk di saham Indonesia, di fase ketiga ini duitnya masuk ke properti atau lainnya misalkan cryptocurrency.
  4. Fase keempat, preserving: Di tahapan akhir, ini seorang investor melakukan controlling dari portfolio investasi yang dilakukan. Di fase keempat kegiatan yang dilakukan lebih ke arah evaluasi, menjaga return, dan mungkin membuang beberapa investasi yang dilakukan di fase ketiga yang dianggap tidak menghasilkan.

Nah dengan 4 fase diatas ini, resiko dalam investasi bisa dihadapi dan dikelola. Kita jadi lebih siap dengan konsekuensi action investasi kita kalau resiko paling buruk terjadi. Kita bisa ambil contoh trader yang menurut saya the best trader all of time yaitu B.N.F alias Takashi Kotegawa.

    Di fase pertama, BNF berencana mengakumulasi uangnya di pasar saham Jepang. Mungkin dia nggak ada gol tertentu ya. Kemudian di fase capital expansion, dari pertama kali BNF masuk yaitu tahun 2000-2008 dia berhasil mengakumulasi hingga 150an Juta USD dari modal sekitar 13ribu USD. Di tahapan itu dia melakukan diversifikasi ke properti dengan beli gedung di Akihabara. Walaupun di tahapan ini, pembelian gedung di Akihabara ini disebabkan uangnya yang kebanyakan, size tradingnya sudah gajah. Di fase akhir, BNF melakukan kontrol kekayaanya. Trading sahamnya masih jalan, tapi gedung di Akihabaranya sudah dijual dan ditukar dengan bangunan yang lain. Dia bongkar pasang investasinya yang dianggap nggak produktif. Desas-desus sih katanya gedung yang Akihabara itu ditawar dengan harga tinggi mangkanya dia jual. Kabarnya yang sekarang lagi dia punya itu gedung di area Shibuya.

 Oya, menurut sensei saya, investor itu dikategorikan jadi dua, active dan passive. Active itu yang selalu bongkar pasang posisi alias jual beli saham lebih dari 25 kali dalam setahun. Kalau passive dibawah 25 kali. Jadi di fase awal penting untuk mengerti hal ini supaya kita bisa melengkapi dulu pengetahuan dan skill yang dibutuhkan sebelum terjun dengan real money. 


Nah begitu yaa.. Sekian dulu.. See you next post!

Komentar

Postingan Populer